Langsung ke konten utama

jilbab


Betapa mulianya engkau wahai muslimah, jika dalam keseharianmu engkau tampakkan akhlak sebagai wujud taat pada Tuhanmu dan cinta pada Nabimu.

Tahukah engkau, Allah memuliakanmu dengan berbagai banyak hal sampai-sampai Al-Quran pun memilihmu menjadi salah satu nama suratnya.

Allah memuliakanmu ketika dulu sebelum Islam datang waktu zaman jahiliyah engkau dihina dan menjadi makhluk yang tidak berharga. Sebelum Islam, engkau bisa dengan mudah diperjual belikan, engkau begitu mudah di alih tangankan. Saat engkau menjadi janda engkau layaknya barang yang dapat diwariskan ke sanak saudara. Ketika engkau dalam masa haid engkau diasingkan layaknya benda yang najis yang tidak layak untuk disentuh. Saat engkau lahir ke dunia banyak muka masam yang memandangmu karena engkau tidak diharapkan lahir di dunia. Bahkan mereka rela menguburmu hidup-hidup daripada melihatmu tumbuh sebagai seorang wanita.

Namun semuanya berubah ketika Allah mengutus Rasul-Nya yang sangat agung, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia membawa berita gembira dan sangat mengagungkan derajat wanita. Engkau pun tiba-tiba berubah. Layaknya mutiara yang harus dijaga dan dipelihara karena begitu mulianya engkau. Engkau pun menjadi tiang negara yang menentukan masa depan bangsa.

Tapi, semua ada di tanganmu sendiri wahai muslimah! Apakah kamu mau diagungkan dengan Islam atau tidak. Jika engkau mau diagungkan dengan Islam ikutilah apa yang menjadi ketentuan Allah atas dirimu, jangan pernah engkau lalaikan sedikitpun.

Tutuplah dirimu dengan jilbab
Perbaiki dirimu dengan akhlaq


Amalkan semua yang telah Allah perintahkan, jaga dirimu dengan mempercantik akhlakmu, menutup auratmu karena itu adalah penjagaan kehormatan bagimu.

Bukankah makanan atau barang pun jika dikemas dengan tampilan yang baik maka ia menjadi barang yang mahal harganya. Barang yang dibungkus rapi akan terjaga dari kotoran hingga debu yang beterbangan.

Begitu juga dengan wanita, muslimah. Semakin baik ia menjaga diri dengan menutup apa yang ditentukan Allah dan menjaga akhlaknya, semakin berharga dia di hadapan Allah dan makhluk-Nya.









Why I am jilbaber
Assalamu’alaikum, saya Gita, masih SMA. Mau nanya nih, gimana sih hukumnya jilbab? Kan sunnah ya?” tanyaku sambil sok menjawab sendiri.

Hadirin kasak kusuk.

Aku tak peduli. “Ya, setahu saya sih gitu. Ada banyak teman saya masuk pesantren. Disana mereka pakai jilbab, tapi pas keluar ya mereka lepas-lah, malah ada yang jadi rocker.”

“kayak saya nih.. Saya mau pakai jilbab, tapi ya ntar, nunggu udah nikah, udah tua atau pensiun. Lagian yang penting kan kita bisa jilbabin hati, ya ga? Buat apa pakai jilbab kalau nggak bisa jilbabin hati. Mendingan nggak dong!”

Mbak Nadia tersenyum, “Sahabat sekalian, sebagai seorang muslimah, sedikitnya saya punya 8 alasan mengapa saya memakai jilbab.”

Mengapa saya mengenakan jilbab?

Alasan pertama karena berjilbab adalah perintah Allah dalam surat Al Ahzab ayat 59 dan An Nur ayat 31.

Kedua, karena jilbab merupakan identitas utama untuk dikenali sebagai seorang muslimah. Astri Ivo, seorang artis, justru mulai menggunakan jilbab saat kuliah di Jerman. Saya Alhamdulillah mulai mengenakannya saat kuliah di Amerika.

Alasan ketiga saya mengenakan jilbab, karena dengan berjilbab saya merasa lebih aman dari gangguan. Dengan berjilbab, orang akan menyapa saya “Assalamu’alaikum,” atau memanggil saya “Bu Haji” yang juga merupakan do’a. Jadi selain merasa aman, bonusnya adalah mendapatkan do’a. Hal ini akan berbeda bila muslimah mengenakan pakaian yang “you can see everything”

Alasan keempat, dengan berjilbab, seorang muslimah akan merasa lebih merdeka dalam artian yang sebenarnya. Perempuan yang memakai rok mini di dalam angkot misalnya akan resah menutupi bagian-bagian tertentu tubuhnya dengan tas tangan. Nah, kalau saya naik angkot dengan berbusana muslimah saya bisa duduk seenak saya. Ayo, lebih merdeka yang mana?

Alasan kelima, dengan berjilbab, seorang muslimah tidak dinilai dari ukuran fisiknya. Kita tidak akan dilihat kurus, gemuknya kita. Tidak dilihat bagaimana hidung atau betis kita.. melainkan dari kecerdasan, karya dan kebaikan hati kita

Keenam, dengan berjilbab kontrol ada di tangan perempuan, bukan lelaki. Perempuan itu yang berhak menentukan pria mana yang berhak dan tidak berhak melihatnya

Ketujuh. Dengan berjilbab pada dasarnya wanita telah melakukan seleksi terhadap calon suaminya. Orang yang tidak memiliki dasar agama yang kuat, akan enggan untuk melamar gadis berjilbab, bukan?

Terakhir, berjilbab tak pernah menghalangi muslimah untuk maju dalam kebaikan

Oya berjilbab memang bukanlah satu-satunya indikator ketakwaan, namun berjilbab merupakan realisasi amal dari keimanan seorang muslimah. Jadi lakukanlah semampunya.

Aku berdiri memberi applaus pada Mbak Nadia. Keren banget alasannya berjilbab. “alasan ini Mbak, yang bisa saya terima!”

***

Dialog dalam seminar di atas adalah cuplikan dari cerpen "Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali" karya Helvi Triana Rosa yang telah dibukukan dengan judul yang sama.

Semoga menjadi renungan bagi kita di hari solidaritas jilbab internasional ini, betapa memakai jilbab adalah hal yang sangat mulia, dengan alasan yang juga sangat mulia. Jika kita belum memiliki alasan yang kuat dan mulia untuk berjilbab, kini saatnya kita memperbaharui niat. Belum terlambat. []


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ADA CINTA DALAM UKHUWAH

jadikan cintaku padaMu berhenti di satu titik ketaatan meloncati rasa suka dan tak suka karena aku tau, menaatiMu dalam hal yang tak kusukai adalah kepayahan penuh perjuangan.. tapi aku yakin, ketaksukaanku hanyalah bagian dari ketidaktahuanku.. dan kuingat slalu pesan sahabatku ini, "jangan pernah berhenti mengepakkan sayap, biarkan semua cobaan membuat kita kuat biarkan derasnya terpaan membuat kita gesit berkelit dan biarkan jiwa-jiwa optimis membuat kita bijak menyikapi hidup ini... biarkan jiwa-jiwa sabar menjadi penyejuk di tengah sgala duka,, hingga kelak kan terjawab, mengapa perjuangan itu berat dan pahit?? karena surga itu manis...." .,.dan ada penguat di antara semuanya, yaitu ukhuwah.,. Ukhuwah tak mengenal kesudahan ia mengiringimu dalam hidup sebagai penyejuk menyapamu dalam kesendirian yang melelahkan menjagamu untuk tetap dalam senyum perjuangan Ukhuwah adalah persaudaraan yang kekal ia tak mengenal kejenuhan ia slalu punya se...

Motivasi hari ini

Harapan tinggallah harapan jika tidak disertai tindakan, impian tinggallah impian jka tidak selaras dengan kemampuan. Hanya karena kamu mendengar apa yg dilakukan seseorang, tak berarti kamu bisa menghakiminya. Kamu tak tahu apa yg telah dilaluinya. Tidak seorang pun punya kemampuan untuk melakukan sesuatu hal sempurna, tapi setiap orang diberi banyak kesempatan untuk melakukan hal yang benar. Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan. Kelakukan kita terhadap kehidupan, menentukan sikap kehidupan terhadap kita. Matahari yang sebesar itu pun perlu bulan untuk bisa menerangi setiap sudut bumi. Hidup ini seperti piano.Berwarna putih dan hitam. Namun,ketika Tuhan yang memainkannya,Semuanya menjadi indah. saat anda mendapatkan yang biasa ketika mendambakan yang terbaik, bersyukurlah, karena anda tidak mendapatkan yang terburuk. "Kegagalan ...

Bukan �Ahlan wa Sahlan� tapi �Marhaban� Yaa Ramadhan

Setiap menjelang bulan Ramadhan kita sering melihat, membaca dan atau mendengar ungkapan ”Marhaban Yaa Ramadhan” pada hampir setiap masjid, seakan ungkapan tersebut sudah menjadi ungkapan yang biasa-biasa saja --atau bahkan dianggap tidak berarti sama sekali-- layaknya ungkapan ”Selamat Tahun Baru” pada setiap awal tahun. Secara harfiah ungkapan ”Marhaban Yaa Ramadhan” berarti ”Selamat Datang Wahai Bulan Ramadhan”,  namun dibalik ungkapan yang sederhana tersebut sebenarnya menyimpan makna yang cukup dalam tentang keutamaan dari bulan Ramadhan. Tulisan ini berupaya mengupas sedikit tentang keutamaan tersebut Antara “Ahlan wa Sahlan” dengan “Marhaban”Ungkapan ”Ahlan wa Sahlan” dan ”Marhaban” merupakan 2 (dua) ungkapan bahasa Arab yang mempunyai arti sama yakni, ”Selamat Datang”, namun dalam penggunaannya ada perbedaan. Ungkapan  ”Ahlan wa Sahlan” biasanya digunakan untuk menyambut kedatangan suatu atau orang; sedangkan ungkapan ”Marhaban” digunakan untuk menyambut kedatanga...